Thursday 3 September 2015

Ular Naga Panjangnya Bukan Kepalang...

Malam Jumat adalah malam yang saya tunggu-tunggu, karena itu waktunya acara radio Nightmare Side Ardan disiarkan. Sebagai penggemar kisah-kisah horor, saya suka sekali acara ini. Sayangnya, karena acaranya dimulai pukul 10 malam, dan pembukaannya (plus lagu-lagu dan iklan) bisa sampai satu jam, sehingga pembacaan kisah seramnya baru dimulai jam 11 malam, seringkali saya sudah keburu mengantuk dan ketiduran. Tidak jarang saya tertidur di tengah-tengah pembacaan kisah (lalu baru bangun lagi setelah acara berakhir... hahaha).

Jadi, ketika beredar buku-buku Nightmare Side Ardan yang berbonus CD, saya sangat senang. Saya jadi bisa mendengarkan kisah horor kapan saja :D Buku Nightmare Side Ardan yang terakhir, New Chapter, berbonus CD yang berisi sepuluh kisah horor. Saya baru mendengarkan tujuh cerita, dan cerita ketujuh ini yang paling saya suka dibandingkan enam lainnya.

Saya putuskan untuk berbagi kisahnya dengan kawan-kawan semua. Teksnya sesuai dengan yang dibacakan, sama sekali tidak saya sunting. Berhubung saya tidak hafal suaranya, saya tidak tahu yang membacakan kisah ini Dimasta atau Rasmus. Silakan disimak, dan selamat merinding XD

Sumber: Youtube

Kisah Ular Penyusup

Disiarkan pada 19 Maret 2015

Namaku Wahyu. Aku adalah seorang perantau. Sudah hampir sepuluh tahun sejak aku kuliah di Bandung, aku tinggal di sini. Setelah lulus kuliah, aku pun mencoba mencari kerja di sini. Hhh... aku melamar ke sana ke mari, namun tidak ada yang memanggilku, untuk sekedar interview atau diterima kerja. Sampai akhirnya... aku mempunyai kenalan yang bernama Tio.

Tio akhirnya membantuku untuk memberikan pinjaman uang untuk modalku usaha. Tentunya setelah sebelumnya aku curhat mengenai masalahku itu. Aku pun akhirnya memulai usaha pakaian. Aku mengambil barang dari temanku yang lain, dan menjualnya. Satu bulan usaha itu aku jalankan. Yah... untungnya berjalan dengan lancar.

Namun, sayangnya, di kontrakan yang baru itu, yang berada di daerah Bandung selatan, di sana itu rawan sekali pencurian, sampai-sampai, sudah tiga kali rumahku ini kebobolan maling. Untungnya, baju-baju jualanku tidak hilang. Namun barang-barang elektronikku yang hilang. Aku pun memutuskan untuk mencari kontrakan baru.

Setelah mencari ke sana ke mari, akhirnya aku mendapatkannya. Sebuah kontrakan yang berada di sekitaran daerah Cisaranten. Sebuah rumah yang lumayan cukup nyaman, dan harganya murah. Lima ratus ribu untuk satu bulan. Dengan dua kamar, ada dua loteng yang cukup luas untuk dipakai menjemur, kamar mandi, teras, ruang tengah, dapur... Dan, ketika ke loteng, aku melihat di belakang rumahku ini ada sebuah sungai, dan di sebelahnya itu ada sebuah sawah.

Rumahku ini berada di paling ujung gang ini. Katanya, rumah ini sudah kosong cukup lama. Yah, mungkin sekitar tiga tahun. Menurut yang punya, banyak yang tidak mau, karena lokasinya di pojok, jadi agak jauh. Namun, tidak menurutku. Ini justru enak sekali. Pemandangannya bagus, udaranya sejuk. Tanpa pikir panjang, aku mengambil rumah itu. Yang lebih penting lagi, harga sewanya murah.

***

Hari pertama setelah pindahan, aku pun mulai membereskan rumah ini. Meski masih berantakan, yah, minimal aku masih bisa tidur malam itu. Aku tinggal sendirian di sana.

Setelah makan malam, memasak mi instan di dapur, sekitar jam sepuluh malam, aku pun tidur. Malam itu aku tidur cukup lelap, karena didukung oleh suasana yang sangat sepi. Sampai....

Ssssss..... krrrrt krrrrtt... krrrrt krrrrrtt...

Astaga. Suara apa tuh?

Aku bangkit dari tidurku, dan mencoba mencari-cari sumber suara itu.

Ah, suara apa sih nih?

Setelah kucari, aku tidak menemukan sumber suaranya itu. Sampai akhirnya... aku pun menghiraukannya.

***

Keesokan harinya, aku lanjut menata rumahku ini. Hah... ternyata di dekat dapur ada sebuah lubang yang cukup besar. Wah, ini sih bahaya. Bisa-bisa tikus masuk nih. Ck. Ah, untuk sementara waktu, aku tutupi lubang itu dengan lemari saja.

Hari itu pun aku jalani seperti biasa. Berjualan pakaian via online, dan mengantarkannya.

Malam pun menjelang. Kulihat jam menunjukkan pukul sebelas malam. Ketika aku akan menarik selimutku dan tidur, tiba-tiba... terdengar lagi suara itu.

Ssssss..... krrrrt krrrrtt... krrrrt krrrrrtt...

Suara yang sama seperti malam tadi.

Hhh... suara apa sih?

Aku mencari lagi ke sekitar rumahku, tapi tidak ada apa-apa. Tsk. Hmm... Aku pun menelpon temanku Tio, dan bertanya padanya. Kira-kira suara apa, dan... setelah kujelaskan, Tio pun berkata padaku, mungkin itu suara ular.

Hah! Ular? Masa sih?

Tio menjelaskan padaku, kalau ularnya cukup besar, kadang bersuara seperti itu. Tidak mendesis. Hih... aku bergidik ngeri mendengarnya. Bisa jadi sih, karena di belakangku sungai dan sawah. Apalagi di dekat dapur rumahku ini ada lubang besar. Aku pun teringat. Dan ketika aku cek lubang itu ke dapur, waduh... lemarinya sudah bergeser, dan ada celah di antara lubang itu.

Ah, jangan-jangan beneran ular nih masuk ke rumah. Ah, iya nih.

Aku pun ke gudang dan mengambil kapak. Sebelum terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, aku pun siaga dan akan membunuh ular itu. Dan...

Nah, ah, itu dia. Terdengar lagi suara ular itu.

Ssssss..... krrrrt krrrrtt... krrrrt krrrrrtt...

Dari suaranya, sepertinya ada di bawah sofa ruang tengahku itu. Aku mengendap-endap. Kedua tanganku memegang kokoh kapak itu. Lalu...

krrrrt krrrrrtt... Ssssss..... krrrrt krrrrtt krrrtttt...

Astaga. Hei. Shh. Hah..hah...hah... Ular itu muncul. Dia berjalan pelan, keluar dari bawah sofaku itu. Tubuhnya meleok-leok. Kira-kira, panjangnya mungkin sampai tiga meter. Ularnya cukup besar. Warnanya hitam kehijauan, matanya merah gelap.

Aku tidak begitu tahu itu jenis ular apa. Yang pasti... ular itu sangat besar. Aku mengambil ancang-ancang untuk menghajarnya di kepala. Pelan-pelan aku mengambil kuda-kuda, dan...

Hahhhh!!!

Yah! Tepat sekali aku memotong kepala ular itu. Namun... ke-ketika kepala ular itu terlepas dari badannya, yang menggelinding lepas dari badan ular itu bukanlah kepala ular, ta-tapi kepala manusia! 

Terlihat wajah seorang ibu-ibu berambut hitam agak beruban putih keriting, dan... wajahnya sangat pucat. Dengan keriput di wajahnya itu... matanya membelalak melirik ke arahku. Mulutnya menyeringai, dan... dan dia tertawa!

Khakhahkhekhekhekhe..... khhhahahahaaaaa

Aghh!!

Seketika, aku langsung lari masuk ke kamarku. Suara tertawanya pun masih terdengar jelas di luar kamarku. Dan kali ini, terdengar suara benturan di pintuku itu. Sepertinya, kepala ibu-ibu tua itu berusaha masuk ke dalam kamarku.

Dug... dug... dug...!

Aku berusaha menahan pintuku. Dan dalam hatiku, aku terus berdoa, membaca doa-doa yang... yang aku bisa. Dan lama kelamaan suara itu pun perlahan menghilang.

Hh..hhh... Aku terduduk lemas di lantai depan pintu. Seumur hidupku, aku baru kali ini mengalami gangguan hantu. Biasanya aku hanya mendengar saja. Kali ini aku benar-benar mengalami. Ini memang tidak bisa dijelaskan dengan akal sehat.

***

Aku pun menarik kakiku yang lemas itu ke tempat tidur. Aku lempar badanku dan berusaha untuk terlelap. Hhh... Hhhh... Aku mencoba mencari posisi yang enak untuk tidur. Aku benarkan posisi bantalku berkali-kali, namun tetap saja aku tidak nyaman. Seperti ada yang mengganjal. Aku pun terduduk di tempat tidur, dan mengangkat bantalku itu. 

Hhhh... tsk. Haduh... ngga nyaman banget sih nih tidur...

Ketika aku angkat bantalku itu,...

Astaga! Ada sebuah kepala ibu-ibu tua di balik bantalku! 

Ternyata, itu yang sejak tadi mengganjal di bantalku! Kontan aku loncat dan segera lari keluar dari kamarku itu. Aku terdiam di ruang tengah. Mataku tidak bisa terpejam. Dan sampai pagi menjelang, aku barulah bisa tertidur. Dengan terus mendengar suara... suara tertawa dari wanita tua itu... sangat menyeramkan.

Khakhahkhekhekhekhe.... khakhahkhekhekhekhe....

***

Esok siangnya, Tio datang ke rumahku menjengukku, karena dia khawatir mendengar kabarku semalam. Ternyata Tio temanku itu mengerti hal-hal yang gaib. Ketika ia buka mata batinnya, dia melihat sawah dan sungai di belakang rumahku itu adalah perkampungan jin. 

Dulu, karena rumah ini kosong, ada satu sosok yang menghuni rumahku ini. Perwujudan manusia setengah ular. Dia adalah salah satu penghuni gaib yang mempunyai kekuatan yang besar di sana.

Tio akhirnya membantuku lagi untuk menyegel rumah ini, dan menyuruhku segera mengadakan selamatan, dan syukuran serta pengajian di rumah ini. Setelah itu, sampai sekarang, kondisi rumahku sudah aman, dan tidak ada gangguan dari makhluk halus lainnya.

Sumber: spotmisteri.blogspot.com 

Pelajaran dari kisah ini...

Harus curiga kalau ada rumah yang disewakan atau dijual dengan harga murah.
Jika pindah ke rumah baru, segera adakan syukuran dan pengajian.
:D

No comments:

Post a Comment

Silakan tinggalkan pesan jika berkenan :)