Tuesday 7 April 2015

Tentang Sejarah dan Guru Bangsa, Tjokroaminoto

Selain MEF, Mizan juga mengadakan acara rutin yang disebut Pengajian (atau Pengkajian). Pada Hari Selasa, 7 April kemarin, tema pengajiannya adalah "Belajar Kepada Guru Bangsa Tjokroaminoto" dengan pembicara Mas Sabrang (Noe Letto) dan Mas Haris Priyatna, dan moderatornya Mas Andityas.
Sumber: markom Mizan Pustaka

Mas Noe baru saja menggarap sebuah film tentang Tjokroaminoto yang akan dirilis tanggal 9 April besok. Sedangkan Mas Haris yang sembilan tahun lalu adalah editor di Mizan, baru saja menulis buku tentang tiga murid Tjokroaminoto yang berjudul Seteru 1 Guru. Alur cerita di film dan buku berbeda, karena ini memang bukan film berdasarkan buku, dan bukan pula buku yang diadaptasi dari film. Kebetulan saja baik film dan buku mengangkat tema yang sama: Tjokroaminoto. Atau benarkah itu kebetulan?

There is no such thing as a coincidence in this world,
everything is foreordained.
--Ichihara Yuuko in XXXHolic

Film: Guru Bangsa Tjokroaminoto

Film sejarah yang risetnya saja menghabiskan waktu dua tahun ini, menceritakan tentang sepak terjang Tjokroaminoto dalam mewujudkan idealismenya untuk mendidik sebanyak mungkin orang, terlepas dari latar belakang orang-orang tersebut. Tokoh Tjokro di sini diperankan oleh Reza Rahadian. Berikut ini trailer filmnya.

Menurut saya trailer ini keren dan membuat orang penasaran untuk menonton filmnya. Saya bukan penggemar film sejarah, film perang, dan sejenisnya, tapi kalau ada acara nonton bareng film ini di Bandung, saya mau ikut :D #kode

Buku: Seteru 1 Guru

Buku karya Mas Haris ini menceritakan tentang tiga orang murid Tjokro yang mengembangkan idealisme sendiri-sendiri hingga pada akhirnya idealisme mereka saling berbenturan dan menimbulkan perselisihan yang berujung pada tragedi besar dalam sejarah. Mungkin salah satu pemicunya adalah kepentingan politik yang berbeda. Ketiga murid yang dimaksud adalah Soekarno dengan nasionalismenya, Musso dengan komunismenya, dan Kartosoewiryo dengan Islam garis kerasnya. Ketiga pernah indekos di tempat milik Tjokro (Gang Peneleh, kalau saya tidak salah ingat namanya) dan di sanalah mereka mendapat pengaruh dari sang guru bangsa.
Sumber: redaksi Mizan Pustaka

Melalui buku ini, Mas Haris ingin menyampaikan pesan bahwa sejarah itu tidak hitam putih. Ada banyak area abu-abu yang harus disikapi dengan objektif. Kita tidak selayaknya menuding suatu aliran itu baik atau buruk sebelum kita sungguh-sungguh mempelajari aliran tersebut.

Sedikit Tentang Sosok Tjokroaminoto

Seperti yang sudah saya sebutkan di atas, Tjokroaminoto ingin mendidik sebanyak mungkin orang, siapa pun orangnya. Dia ingin membuat orang jadi pintar, karena dia yakin bahwa orang-orang pintar akan dapat menghasilkan keputusan-keputusan yang pintar pula. Tjokroaminoto adalah sosok guru yang berpikiran terbuka. Dia tidak mencetak lulusan, melainkan menumbuhkan lulusan. Dia menyediakan lahan bagi benih-benih untuk berkembang. Hal ini membuat masa depan menjadi lebih tidak terduga, karena siapa yang tahu benih-benih itu nantinya akan tumbuh menjadi apa. Tapi dalam kasus Tjokro, jelas benih-benih yang dia tumbuhkan berkembang menjadi pemimpin-pemimpin besar bangsa Indonesia.

Belajar Sejarah Dengan Pikiran Objektif

Harus saya akui bahwa sejarah bukanlah mata pelajaran favorit saya. Mungkin saya trauma karena diharuskan menghafal begitu banyak nama tokoh, nama tempat, nama peristiwa, lengkap dengan tanggal-bulan-tahun. Jadi ketika tahu tema pengajian Mizan kali ini berhubungan dengan seorang tokoh sejarah, raut wajah saya kosong. Ya, saya pernah dengar dan belajar tentang Tjokroaminoto sewaktu sekolah, tapi sekarang saya sudah lupa semua tentangnya kecuali nama. Menyedihkan.

Untungnya, kekhawatiran saya bahwa pengajian kali ini akan membuat saya ngantuk tidak menjadi kenyataan, karena ternyata tema sejarah bisa menjadi tema diskusi yang cukup menarik. Walaupun saya tidak sepenuhnya bisa menikmati diskusi, tetap banyak pelajaran yang bisa dipetik.

Mas Noe berkata bahwa semakin dia belajar sejarah, rasanya semakin mumet dan apatis. Namun, sejarah tetaplah suatu hal yang penting untuk dipelajari. Jika kita tidak mempelajari masa lalu, bagaimana kita bisa menyiapkan diri untuk menghadapi masa depan?

Anak-anak muda zaman sekarang mungkin tidak banyak yang suka belajar sejarah, atau hal apapun yang tidak bisa praktis digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Namun menurut Mas Noe, bukan sejarahnya yang harus dipoles supaya menarik untuk dipelajari, tapi anak-anak mudanya yang harus diberi pemahaman bahwa semua hal yang kita pelajari, termasuk sejarah, akan terakumulasi dan bermanfaat dalam kehidupan kita, walaupun secara tidak langsung.
kiri ke kanan: Mas Noe Letto, Mas Tyas, Mas Haris
sumber: kolpri Miss Alin

Sejarah Punya Berbagai Versi, Mana yang Benar dan Bisa Dipercaya?

Kebenaran memiliki empat tingkatan. Yang pertama adalah kebenaran mutlak, sesuatu yang kita alami sendiri. Yang kedua adalah kebenaran berdasarkan apa yang kita lihat dan interpretasikan (meskipun kita tidak mengalaminya sendiri). Yang ketiga adalah kebenaran berupa cerita dari pihak ketiga. Dan yang keempat adalah kebenaran yang sudah dicampuri oleh kepentingan pihak-pihak tertentu. Jadi yang paling tepat untuk dilakukan adalah mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya, menyaringnya, lalu membuat simpulan yang mendekati kebenaran mutlak.

Itu idealnya. Kalau boleh saya tambahkan di sini, terkadang orang hanya percaya apa yang ingin dia percayai, tidak mau berpikiran terbuka dan objektif, atau mungkin hanya tidak punya waktu untuk memproses begitu banyak informasi.

Ketika Sore Menjelang Malam

Diskusi yang menarik membuat waktu terasa berjalan lebih cepat. Pengajian yang dimulai sekitar pukul empat sore ini harus berakhir pada pukul setengah enam sore (sudah lewat jam pulang kantor). Mas Noe menutupnya dengan kata-kata yang layak kita renungkan:

Sekarang ini kita cenderung lupa bahwa yang penting bukanlah mencari siapa yang benar, 
melainkan apa yang benar.

Terima kasih, saya puas telah mendapatkan tambahan ilmu. Meskipun banyak yang tak tercatat, semoga apa yang saya tulis di sini sedikit bermanfaat bagi yang membacanya.

2 comments:

  1. kereeeen, wah aku belum nulis nih jadi keingetan -.-

    ReplyDelete
    Replies
    1. sok atuh nulis, biasanya Neng Alin rajin ^_^

      Delete

Silakan tinggalkan pesan jika berkenan :)